Sabtu, 11 Februari 2012

Predicted emergence tantrum "Super Continental"

earth
bayu7key friend this time news of the emergence of American researchers, Geger Prediction emergence of "Super Continental" For the layman, scientific prediction of the geological group of researchers from Yale University, USA, the following is quite absurd. Their prediction that the major continents on Earth would get back together around 50-200 million years and formed a "super continent" to the public most of the crap that is not more difficult to find justification.

How could predict natural phenomena for hundreds of millions of years? Human life was not until thousands of years, so the average reader comments so VIVAnews the first time the news was on February 8, 2012, citing information from the international mass media.
Foreign media quoted the prediction of Nature, a scientific journal that publishes analysis that Yale University researchers.
Despite the controversial and need further deepening of the scientific, research team leader Ross Mitchell was hakulyakin that the continents are now going to form a "super continent". Incident, according to them, had never happened, at least three times with a span of hundreds of millions of years.

Through tracing the geological research with the help of computer technology, the research team believes that America and Eurasia will collide in the Arctic. Africa and Australia on akhinya will also join the super continent that. The team of scientists believe the continents together one last time at 300 million years ago, into an area called Pangaea.

For them, the merging of the continents again it's something logical. Mainland basically moves constantly during tectonic activity on Earth's surface or a part called a plate.

This form of activity areas such as the Mid-Atlantic Ridge - the location of Iceland - and the territories as seen off the coast of Japan, where small plates intersect each other.

"Continental plates are basically constantly moving, perhaps as fast as the growth of our fingernails," said Mitchell. "Progress is slow, but growing for hundreds of millions of years," said Mitchell, as quoted by NPR.

Geological researchers were convinced that, in the past billions of years, a shift in the small plates, periodically, as well as continental plates moving at the same time. This is what led to the hypothesis on the formation of a super continent called Nuna 1.8 billion years ago, Rodinia in a billion years ago, and Pangaea 300 million years ago.
     
The research team was already preparing a new name when the continents of the re-united, namely Amasia. These estimates will be based on the convergence of the Americas and Asia.
Theoretical debate

Big question: how the process of forming the super continent? This issue continues to be debated by scientists for years.

According to The Christian Science Monitor, at least two competing theories to explain about the super continent. The first theory is called introversion is assumed that the inter-continental oceanic plate that formed when the continents super stretch and split, split stops. In such a way that happened, so nobody else makes the continents back together and joined to form a super continent to another.
The second is a model of extroversion, which in contrast, assumes that the oceanic plate that is formed when a super stretch and separate continents, will continue to spread. The continents float continues to move apart, away, and met on the other side of the planet and then fuse into one.Own team of Yale researchers offers a new model, of how the super continent formed. By measuring the magnetic power of ancient geological samples, the scientists speculate that the new super continent "Amasia" is not formed at the equator, but around the North Pole.Mitchell and colleagues collected a variety of geological samples and measuring the magnetic orientation. To find out, how the rock align themselves with Earth's magnetic poles.
Minerals would lose their ability to align with the Earth's magnetic at a certain temperature, called Curie temperature - about 1,400 degrees Fahrenheit. However, there are a number of rocks that form in extreme temperatures, until the temperature dropped to below the Curie temperature so that the magnetic alignments to be locked in place.

The Yale team also examined samples of ancient rocks, of various ages. Since all the rocks on the earth's poles will be oriented, they can relate the change in line with the movement of continents. They then use this information to build a new model of how the super continent formed.

The new theory, orthoversi stated that the continent will move to the North Pole, not towards the equator, or return to their starting point. Amasia be tilted position 90 degrees from where Pangea used to be.

They said more research is needed on when and where it formed the intercontinental reunion with reference to the symptoms of the previous meeting. "We are quite familiar with the concept of Pangaea, but no data are convincing enough to guess how the super continent formed," said Mitchell.

Commenting on the results of their research, geologists from the Open University, David Rothery, said the research could provide a broader understanding of the public to the history of planet Earth. "We can understand the environment in the past to be better if we knew exactly where he stood," said Rothery told the BBC News website.

However, do not bother come Rothery gossip predictions about the formation of a team of researchers at Yale back in the Super Continent hundreds of millions of years. "As a European, I do not really care whether the continents will meet in the Arctic or whether Britain will crash with the U.S. in the future so long," said Rothery. (Kd)
• VIVAnews



INA language:

sahabat bayu7key kali ini berita munculnya dari peneliti amerika , Geger Prediksi Munculnya "Benua Super" Bagi kalangan awam, prediksi ilmiah sekelompok peneliti geologi dari Universitas Yale, AS, berikut ini tergolong tidak masuk akal. Ramalan mereka bahwa benua-benua besar di muka Bumi akan kembali bersatu sekitar 50-200 juta tahun mendatang dan membentuk "benua super," bagi publik kebanyakan tidak lebih dari bualan yang sulit dicari pembenarannya.


Bagaimana mungkin bisa meramalkan gejala alam untuk ratusan juta tahun mendatang? Umur manusia saja tidak sampai ribuan tahun, begitu rata-rata komentar kalangan pembaca begitu VIVAnews pertama kali menyampaikan kabar ini pada 8 Februari 2012, dengan mengutip informasi dari media massa internasional.

Media-media mancanegara mengutip prediksi ini dari Nature, sebuah jurnal ilmiah yang mempublikasi analisis peneliti dari Universitas Yale itu.   


Kendati kontroversial dan perlu pendalaman ilmiah lebih lanjut, tim peneliti pimpinan Ross Mitchell itu hakulyakin bahwa benua-benua yang ada sekarang akan membentuk suatu "benua super". Kejadian itu, menurut mereka, sudah pernah terjadi, setidaknya tiga kali dengan rentang waktu ratusan juta tahun. 



Melalui penelusuran riset geologi dengan bantuan teknologi komputer, tim peneliti percaya bahwa Amerika dan Eurasia akan bertubrukan di Kutub Utara. Afrika dan Australia pada akhinya akan bergabung juga dengan benua super itu. Tim ilmuwan yakin benua-benua itu terakhir kali menyatu pada 300 juta tahun silam, menjadi sebuah wilayah yang disebut Pangaea.



Bagi mereka, penggabungan kembali benua-benua besar itu sesuatu yang logis. Daratan pada dasarnya bergerak secara konstan saat terjadi aktivitas tektonik di suatu bagian permukaan Bumi atau disebut sebagai lempeng.



Aktivitas ini membentuk daerah-daerah seperti Mid-Atlantic Ridge--yang menjadi lokasi Islandia--dan wilayah-wilayah seperti yang terlihat di lepas pantai Jepang, di mana lempeng-lempeng kecil bersinggungan satu dengan yang lain.



"Lempeng-lempeng benua ini pada dasarnya terus bergerak, mungkin secepat pertumbuhan kuku jari kita," kata Mitchell. "Perkembangannya memang lambat, namun terus bertambah selama ratusan juta tahun," lanjut Mitchell sebagaimana dikutip NPR.  



Para peneliti geologi itu yakin bahwa, dalam kurun miliaran tahun, pergeseran lempeng-lempeng kecil itu, secara berkala, juga menggerakkan lempeng-lempeng benua dalam waktu bersamaan. Inilah yang memunculkan hipotesis atas terbentuknya sejumlah benua super bernama Nuna 1,8 miliar tahun lalu, Rodinia pada satu miliar tahun lalu, dan Pangaea 300 juta tahun lalu.

     

Tim peneliti pun sudah menyiapkan nama baru bila benua-benua besar kembali bersatu, yaitu Amasia. Ini berdasarkan perkiraan bakal bertemunya benua Amerika dan Asia.



Perdebatan teoretis



Menjadi pertanyaan besar: bagaimana proses pembentukan benua super itu? Isu ini terus menjadi perdebatan para ilmuwan selama bertahun-tahun.



Menurut The Christian Science Monitor, setidaknya ada dua teori yang saling bersaing menjelaskan soal benua super. Teori pertama disebut introversi yang berasumsi bahwa lempeng samudera antar benua yang terbentuk ketika benua super meregang dan berpisah, berhenti berpencar. Sedemikian rupa itu terjadi, sehingga tak ada lagi yang membuat benua-benua menyatu kembali dan bergabung membentuk benua super yang lain.

Yang kedua adalah model ekstroversi, yang secara berkebalikan, menganggap bahwa lempeng samudera yang terbentuk ketika sebuah benua super meregang dan terpisah, akan terus berpencar. Benua-benua itu terus bergerak mengapung terpisah, menjauh, dan bertemu di sisi lain planet untuk kemudian melebur menjadi satu.
Tim peneliti Yale sendiri menawarkan model baru, tentang bagaimana benua super terbentuk. Dengan mengukur daya magnetis sampel geologi kuno, para ilmuwan berspekulasi bahwa benua super baru "Amasia" tidak terbentuk di katulistiwa, melainkan di sekitar Kutub Utara.
Mitchell dan sejumlah koleganya mengumpulkan berbagai sampel geologis dan mengukur orientasi magnetisnya. Untuk mengetahui, bagaimana bebatuan menyelaraskan diri dengan kutub magnet Bumi.


Mineral akan kehilangan kemampuan mereka untuk menyelaraskan dengan magnet Bumi pada suhu tertentu, yang disebut suhu Curie--sekitar 1.400 derajat Fahrenheit. Namun, ada sejumlah batuan yang terbentuk dalam suhu ekstrem, hingga suhunya turun ke bawah Suhu Curie sehingga keberpihakan magnetik menjadi terkunci di tempatnya.



Tim Yale juga meneliti sampel batuan kuno, dari berbagai usia. Karena semua batuan akan terorientasi pada kutub bumi, mereka bisa mengaitkan perubahan sejalan dengan gerakan benua. Mereka kemudian menggunakan  informasi ini untuk membangun sebuah model baru tentang bagaimana kontinen super terbentuk.



Teori baru, orthoversi menyatakan bahwa benua akan bergerak menuju Kutub Utara, bukan ke arah ekuator atau kembali ke titik awal mereka. Posisi Amasia akan miring 90 derajat dari tempat Pangea dulu berada. 



Mereka mengungkapkan perlu penelitian lebih lanjut kapan dan di mana reuni antarbenua itu terbentuk dengan merujuk pada gejala-gejala pertemuan sebelumnya. "Kami cukup familiar dengan konsep Pangaea, namun belum ada data yang cukup meyakinkan untuk menduga bagaimana benua super itu terbentuk," kata Mitchell.



Mengomentari hasil riset mereka, ahli geologi dari Open University, David Rothery, mengatakan penelitian itu dapat memberi pemahaman yang lebih luas kepada publik akan sejarah planet Bumi. "Kita bisa memahami lingkungan di masa lalu dengan lebih baik bila kita tahu persis di mana posisinya," kata Rothery seperti dikutip laman BBC News



Namun, Rothery tidak ambil pusing ikut menggunjingkan prediksi tim peneliti Yale mengenai terbentuknya kembali Benua Super dalam ratusan juta tahun mendatang. "Sebagai orang Eropa, saya tidak begitu peduli apakah benua-benua itu akan bertemu di Kutub Utara atau apakah Inggris akan tubrukan dengan Amerika di masa yang begitu lama," kata Rothery. (kd)


0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates